Sabtu, 29 September 2012

SULAWESI BARAT


Provinsi

SULAWESI BARAT

Profil | Sejarah | Arti Logo | Nilai Budaya

Profil

Nama Resmi
:
Provinsi Sulawesi Barat
Ibukota Provinsi
:
Kabupaten Mamuju
Luas Wilayah
:
16.787,18 Km2  *)
Jumlah Penduduk
:
1.429.588 Jiwa  *)
Suku Bangsa
:
Mandar (49,15%), Toraja (13,95%), Bugis (10,79%), Jawa (5,38%), Makassar (1,59%) dan lainnya (19,15%).
Batas Wilayah
:
Bujur Timur, yang berbatasan dengan Propinsi Sulawesi Tengah di sebelah utara dan selat Makassar si sebelah barat. Batas sebelah selatan dan timur adalah propinsi Sulawesi Selatan.
Wilayah Administrasi
:
Kab.: 5,  Kota : -,  Kec.: 69,  Kel.: 63,  Desa : 507  *)
Website

:

*) Sumber : Permendagri Nomor 66 Tahun 2011

Sejarah

Bertolak dari semangat "Allamungan Batu di Luyo" yang mengikat Mandar dalam perserikatan "Pitu Ba'bana Binanga dan Pitu Ulunna Salu" dalam sebuah muktamar yang melahirkan "Sipamandar" (saling memperkuat) untuk bekerja sama dalam membangun Mandar, dari semangat inilah maka sekitar tahun 1960 oleh tokoh masyarakat Manda yang ada di Makassar yaitu antara lain : H. A. Depu, Abd. Rahman Tamma, Kapten Amir, H. A. Malik, Baharuddin Lopa, SH. dan Abd. Rauf mencetuskan ide pendirian Provinsi Mandar bertempat di rumah Kapten Amir, dan setelah Sulawesi Tenggara memisahkan diri dari Provinsi Induk yang saat itu bernama Provinsi Sulawesi Selatan dan Tenggara (Sulselra).Ide pembentukan Provinsi Mandar diubah menjadi rencana pembentukan Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) dan ini tercetus di rumah H. A. Depu di Jl. Sawerigading No. 2 Makassar, kemudian sekitar tahun 1961 dideklarasikan di Bioskop Istana (Plaza) Jl. Sultan Hasanuddin Makassar dan perjuangan tetap dilanjutkan sampai pada masa Orde Baru perjuangan tetap berjalan namun selalu menemui jalan buntu yang akhirnya perjuangan ini seakan dipeti-es-kan sampai pada masa Reformasi barulah perjuangan ini kembali diupayakan oleh tokoh masyarakat Mandar sebagai pelanjut perjuangan generasi lalu yang diantara pencetus awal hanya H. A. Malik yang masih hidup, namun juga telah wafat dalam perjalanan perjuangan dan pada tahun 2000 yang lalu dideklarasikan di Taman Makam Pahlawan Korban 40.000 jiwa di Galung Lombokkemudian dilanjutkan dengan Kongres I Sulawesi Barat yang pelaksanaannya diadakan di Majene dengan mendapat persetujuan dan dukungan dari Bupati dan Ketua DPRD Kab. Mamuju, Kab. Majene dan Kab. Polmas.Tuntutan memisahkan diri dari Sulsel sebagaiman diatas sudah dimulai masyarakat di wilayah Eks Afdeling Mandar sejak sebelum Indonesia merdeka. Setelah era reformasi dan disahkannya UU Nomor 22 Tahun 1999 kemudian menggelorakan kembali perjuangan masyarakat di tiga kabupaten, yakni Polewali Mamasa, Majene, dan Mamuju untuk menjadi provinsi.Sejak tahun 2005, tiga kabupaten (Majene, Mamuju dan Polewali-Mamasa) resmi terpisah dari Propinsi Sulawesi Selatan menjadi Propinsi Sulawesi Barat, dengan ibukota Propinsi di kota Mamuju. Selanjutnya, Kabupaten Polewali-Mamasa juga dimekarkan menjadi dua kabupaten terpisah (Kabupaten Polewali dan Kabupaten Mamasa).Untuk jangka waktu cukup lama, daerah ini sempat menjadi salah satu daerah yang paling terisolir atau ‘yang terlupakan’ di Sulawesi Selatan.

Ada beberapa faktor penyebabnya, antara lain, yang terpenting:

Jaraknya yang cukup jauh dari ibukota propinsi (Makassar);

kondisi geografisnya yang bergunung-gunung dengan prasarana jalan yang buruk;

mayoritas penduduknya (etnis Mandar, dan beberapa kelompok sub-etnik kecil lainnya) yang lebih egaliter, sehingga sering berbeda sikap dengan kelompok etnis mayoritas dan dominan (Bugis dan Makassar) yang lebih hierarkis (atau bahkan feodal) – pada awal tahun 1960an, sekelompok intelektual muda Mandar pimpinan almarhum Baharuddin Lopa (Menteri Kehakiman dan Jaksa Agung pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, 1999-2000, dan sempat menjadi ‘aikon nasional’ gerakan anti korupsi karena kejujurannya yang sangat terkenal) melayangkan ‘Risalah Demokrasi’ menyatakan ketidaksetujuan mereka terhadap beberapa kebijakan politik Jakarta dan Makassar; serta

Fakta sejarah daerah ini sempat menjadi pangkalan utama ‘tentara pembelot’ (Batalion 310 pimpinan Kolonel Andi Selle), pada tahun 1950-60an, yang kecewa terhadap beberapa kebijakan pemerintah dan kemudian melakukan perlawanan bersenjata terhadap Tentara Nasional Indonesia (TNI); selain sebagai daerah lintas-gunung dan hutan –untuk memperoleh pasokan senjata selundupan melalui Selat Makassar- oleh gerilyawan Darul Islam (DI) pimpinan Kahar Muzakkar yang berbasis utama di Kabupaten Luwu dan Kabupaten Enrekang di sebelah timurnya.Pembentukan daerah kabupaten baru di wilayah sulawesi barat masih dalam proses dan dalam prosesnya masih sering diiringi oleh permasalahan-permasalahan yang merupakan efek penyatuan pendapat yang belum memiliki titik temu.

Arti Logo


-

Nilai Budaya

Penduduk Sulawesi Barat berdasarkan hasil survei Sosial dan Ekonomi Nasional (SUSENAS) Tahun 2006 berjumlah 992.656 jiwa yang tersebar di 5 kabupaten, dengan jumlah penduduk terbesar yakni 356.391 jiwa mendiami Kabupaten Polewali Mandar.Secara keseluruhan jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dari penduduk yang berjenis kelamin perempuan, hal ini tercermin dari angka rasio jenis kelamin yang lebih besar dari jumlah penduduk perempuanAngkatan kerja, Penduduk Usia Kerja (PUK) didefenisikan sebagai penduduk yang berumur 10 tahun ke atas. Penduduk usia kerja terdiri dari Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja atau yang sedang mencari pekerjaan, sedangkan bukan angkatan kerja adalah mereka yang bersekolah, mengurus rumah tangga atau melakukan kegiatan lainnya.Penduduk usia kerja di daerah Sulawesi Barat pada tahun 2006 berjumlah 751.180 jiwa. Dari seluruh penduduk usia kerja yang masuk menjadi angkatan kerja berjumlah 444.324 jiwa atau lebih dari 50 persen dari seluruh Penduduk Usia Kerja.Dari seluruh angkatan kerja yang berjumlah 444.324 jiwa tercatat bahwa 53.215 orang dalam status mencari pekerjaan. dari angka tersebut dapat dihitung tingkat pengangguran terbuka di Sulawesi Barat pada tahun 2006, yakni sebesar 11,98 persen. angka ini merupakan rasio antara pencari pekerjaan dan jumlah angkatan kerja.Dilihat dari segi lapangan usaha, sebagian besar penduduk Sulawesi Barat bekerja pada sektor pertanian yang berjumlah 276.299 orang atau 70,64 persen dari jumlah penduduk yang bekerja. Sektor lainnya yang juga menyerap tenaga kerja cukup besar adalah sektor perdagangan dan jasa-jasa.Potensi pariwisata Cukup menjanjikan akan tetapi belum dikelola dengan baik secara optimal sehingga belum dapat hasil yang lebih nyata terhadap pemasukan devisa bagi daerah meski demikian, gunakan memperkenalkan pariwisata kepada masyarakat indonesia bahkan ke dunia internasional, pemerintah SulBar menyiapkan berbagai upaya berupa promosi-promosi di media cetak maupun elektronik untuk memperkenalkan pariwisata ke dunia luar.Akan disiapkan sarana dan prasarana, akomodasi berupa hotel yang memadai  serta transportasi dari dan ke obyek wisata yang ada,

Obyek Wisata Alam di Prov Sulbar antara lain :
- Anjoro Pitu
- Air panas
- Sumur Jodoh di pulau karampuang

Obyek wisata bahari antara lain :
- Pasir Putih di Kab Polman
- Air terjun Mata sapi di mamuju
- Taman Laut Pulau Karampuang dan kepulauan bala-balakang
- Permandian airpanas di Kalumpang, tapandulu dan aralle di mamasa

Tamasya Budaya
- Rumah adat mamuju
- Padi Tammanurung Kalumpang
- Kayu Ebodi Raksasa di Kaluku

Potensi Agro wisata
- Aneka ragam Flora Fauna

Potensi Tarian Daerah antara lain  seperti rincian di bawah ini :

Tari Bamba Manurung

Tari Ma Bundu

Tari Motaro

Tari Bulu Londong

Tari Tuduq Mandar Pembolongatta

Tari Tuduq Kumba

Tari Dego Pallaga

Tari PaJinang

Kelapa Tujuh - Air Panas

Pulau Karampuang

Gantungan
back

PAPU BARAT


Provinsi

PAPUA BARAT

Profil | Sejarah | Arti Logo | Nilai Budaya

Profil

Nama Resmi
:
Provinsi Papua Barat
Ibukota
:
Sorong
Luas Wilayah
:
97.024,27 Km2 *)
Jumlah Penduduk
:
1.008.443 Jiwa    *)
Wilayah Administrasi
:
Kab.: 10,  Kota : 1,  Kec.: 160,  Kel.: 78,  Desa : 1.295  *)
Batas Wilayah
:
Wilayah Provinsi Papua Barat sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Papua, sebelah Selatan berbatasan dengan laut Banda, sebelah Barat berbatasan dengan laut Seram, Provinsi Maluku, sebelah Utara berbatasan dengan Samudera Pasifik.
Website
 

:

 *) Sumber : Permendagri Nomor 66 Tahun 2011

Sejarah


Provinsi Papua Barat awalnya bernama Irian Jaya Barat, berdiri atas dasar UU Nomor 45 Tahun 1999 tentang pembentukan Provinsi Irian Jaya Barat, Provinsi Irian Jaya Tengah, Kabupaten Mimika, Kabupaten Paniai, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota Sorong. Serta mendapat dukungan dari SK DPRD Provinsi Irian Jaya Nomor 10 Tahun 1999 tentang pemekaran Provinsi Irian Jaya menjadi tiga provinsi. Setelah dipromulgasikan pada tanggal 1 Oktober 1999 oleh Presiden B.J. Habibie, rencana pemekaran provinsimenjadi tiga ditolak warga papua di Jayapura dengan demonstrasi akbar pada tanggal 14 Oktober 1999. Sejak saat itu pemekaran provinsi ditangguhkan, sementara pemekaran kabupaten tetap dilaksanakan sesuai UU Nomor 45 Tahun 1999.
 
Pada tahun 2002, atas permintaan masyarakat Irian Jaya Barat yang diwakili Tim 315. Pemekaran Irian Jaya Barat kembali diaktifkan berdasarkan Inpres Nomor I Tahun 2003 yang dikeluarkan oleh Presiden Megawati Soekarnoputri pada tanggal 27 Januari 2003. Sejak saat itu, Provinsi Irian Jaya Barat perlahan membentuk dirinya menjadi provinsi definitif. Dalam perjalanannya, Provinsi Irian Jaya Barat mendapat tekanan keras dari induknya Provinsi Papua, hingga ke Mahkamah Konstitusi melalui uji materiil. Mahkamah Konstitusi akhirnya membatalkan UU Nomor 45 Tahun 1999 yang menjadi payung hukum Provinsi Irian Jaya Barat. Namun Provinsi Irian Jaya Barat tetap diakui keberadaannya.
 
Setelah itu, Provinsi Irian Jaya terus diperlengkapi sistem pemerintahannya, walaupun di sisi lain payung hukumnya telah dibatalkan. Setelah memiliki wilayah yang jelas, penduduk, aparatur pemerintahan, anggaran, anggota DPRD, akhirnya Provinsi Irian Jaya Barat menjadi penuh ketika memiliki gurbernur dan wakil gurbernur definitif Abraham O. Atururi dan Drs. Rahimin Katjong, M.Ed yang dilantik pada tanggal 24 Juli 2006. Sejak saat itu, pertentangan selama lebih dari 6 tahun sejak UU Nomor 45 Tahun 1999 dikumandangkan, dan pertentangan sengit selama 3 tahun sejak Inpres Nomor 1 Tahun 2003 dikeluarkan berakhir dan Provinsi Irian Jaya Barat mulai membangun dirinya secara sah.
 
Dan sejak tanggal 18-04-2007 berubah nama menjadi Provinsi Papua Barat, berdasarkan PP Nomor 24 Tahun 2007.

Arti Logo

Tulisan Papua Barat menjelaskan nama Provinsi Papua Barat
Bintang berwarna putih bermakna Ketuhanan Yang Maha Esa dan cita-cita serta harapan yang akan diwujudkan.
Pohon dan ikan bermakna bahwa Provinsi Papua Barat memiliki sumber daya hutan dan sumber daya laut yang berpotensi untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat.Menara kilang dengan semburan api berwarna merah bermakna bahwa Provinsi Papua Barat memiliki kekayaan bahan tambang yang melimpah. 
Leher dan kepala burung Kasuari menghadap ke kanan dalam bidang lingkaran hijau bermakna bahwa Provinsi Papua Barat secara geografis terletak di wilayah leher dan kepala burung Pulau Papua, sekaligus memilki filosofi ketangguhan, keberanian, kekuatan dan ketahanan menghadapi tantangan pembangunan dimasa depan serta berkeyakinan bahwa dengan semangat persatuan dan kesatuan, kesinambungan pembangunan akan mewujudkan masa depan yang cerah. 
Bidang Hijau yang diapit 3 (tiga) bidang biru bermakna kesatuan tekad dan perjuangan dari 3 (tiga) unsur: pemerintah, rakyat/adat dan agama mewujudkan keberadaan Provinsi Papua Barat.Perisai dengan warna dasar biru bersudut lima bermakna bahwa provinsi Papua Barat berasaskan Pancasila yang mampu melindungi seluruh rakyat. Sepasang pelepah daun sagu, masing-masing pelepah bagian kanan terdiri dari 12 (dua belas) pasang anak daun, bagian kiri terdiri dari 10 (sepuluh) pasang anak daun yang diikat oleh dua angka sembilan bermotif ukiran karerin budaya Papua, bermakna bahwa Provinsi Papua Barat dibentuk pada tanggal 12 Oktober 1999NKRI. Sagu merupakan makanan pokok masyarakat Provinsi Papua Barat yang melambangkan kesejehteraan dan kemakmuran. sebagai Provinsi ke-2 di Tanah Papua dan ke-31 di wilayah 

Seutas pita berwarna kuning bertuliskan "CINTAKU NEGERIKU" terletak di bagian bawah perisai merupakan bagian yang tak terpisahkan dari perisai bermakna folosofis perjuangan seluruh komponen masyarakat untuk mempertahankan keberadaan Provinsi Papua Barat dalam bingkai NKRI. 

Nilai Budaya

Provinsi Papua Barat mempunyai potensi yang luar biasa, baik itu pertanian, pertambangan, hasil hutan maupun pariwisata. Mutiara dan rumput laut dihasilkan di kabupaten Raja Ampat sedangkan satu-satunya industri tradisional tenun ikat yang disebut kain Timor dihasilkan di kabupaten Sorong Selatan. Sirup pala harum dapat diperoleh di kabupaten Fak-Fak serta beragam potensi lainnya. Selain itu, wisata alam juga menjadi salah satu andalan Irian Jaya Barat, seperti Taman Nasional Teluk Cenderawasih yang berlokasi di kabupaten Teluk Wondama.

Taman Nasional ini membentang dari timur Semenanjung Kwatisore sampai utara Pulau Rumberpon dengan panjang garis pantai 500 km, luas darat mencapai 68.200 ha, luas laut 1.385.300 ha dengan rincian 80.000 ha kawasan terumbu karang dan 12.400 ha lautan.
Disamping itu baru-baru ini, ditemukan sebuah gua yang diklaim sebagai gua terdalam di dunia oleh tim ekspedisi speologi Perancis di kawasan Pegunungan Lina, Kampung Irameba, Distrik Anggi, KabupatenManokwari. Gua ini diperkirakan mencapai kedalaman 2000 meter. Kawasan pegunungan di Papua Barat masih menyimpan misteri kekayaan alam yang perlu diungkap.
back

PAPUA

Provinsi

PAPUA

Profil | Sejarah | Arti Logo | Nilai Budaya

Profil

Nama Resmi
:
Provinsi Papua
Ibukota
:
Jayapura
Luas Wilayah
:
319.036,05 Km2 *)
Jumlah Penduduk
:
3.130.938 Jiwa  *)
Suku Bangsa
:
 
Aitinyo, Aefak, Asmat, Agast, Dani, Ayamaru, Mandacan, Biak, Serui, Pendatang (Jawa, Makassar, Batak, Manado) dll.
Agama
:
Kristen Protestan 51,20%, Katholik 25,42%, Islam 23%, Budha 0,13%, Hindu 0,25%, lain-lain 1%.
Wilayah Administrasi
:
 
Kab.: 28,  Kota : 1,  Kec.: 381,  Kel.: 88,  Desa : 3.909  *)
Lagu Daerah
:
Apuse dan Yamko Rambe Yamko
Website:
:
 

*) Sumber : Permendagri Nomor 66 Tahun 2011

Sejarah

Sebelum tahun 1963 Irian Barat masih dikenal dengan nama Nederlands Nieuw Guinea. Pada tanggal 01 Mei 1963 Irian Barat direbut dan kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi dan diubah menjadi Irian Jaya oleh Presiden Soeharto.

Pada tahun 1999 oleh Presiden RI ke IV KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) diganti kembali menjadi Papua hingga saat ini.

Arti Logo

Bingkai bersudut lima, adalah lambang Persatuan Daerah Papua.

Tulisan Papua, adalah lambang Nama Kebesaran Provinsi.

Tiga Buah Gunung  warna Hijau, adalah lambang kesuburuan dan kekayaan darat Papua.

Tiga Buah Puncak Salju Putih, adalah lambang ciri khas pegunungan Papua.

Tujuh belas butir padi, adalah lambang tanggal Proklamasi Kemerdekaan RI.

Delapan buah Kapas, adalah lambang bulan Proklamasi Kemerdekaan.

Lima buah yang diikat dengan sehelai pita berbentuk nomor 4, adalah lambang  tahun Proklamasi 1945.

Tumpukan Batu yang diatur memanjang dibawah tiga tuguh, adalah lambang rentetan perjuangan yang suci dan mulia.

Tiga Tuguh warna Putih sebelah kiri dan warna Hitam sebelah kanan, adalah lambang tiga momentum perjuangan.

Warna dasar Kuning Keemasan, adalah lambang Kejayaan hasil kekayaan Tambang bumi Papua.

Nilai Budaya

Pakaian Adat

-       Koteka, merupakan pakaian yang biasanya dipakai oleh kaum laki-Iaki untuk menutupi auratnya (kelamin) yang sampai saat ini merupakan pakaian adat yang digunakan di daerah pedalaman, pegunungan dan lembah di daratan Papua (Asmat, Dani, Wamena).

-     Tas Noken, terbuat dari kulit kayu lalu dikeringkan dan dianyam merupakan sebuah tas yang biasanya untuk memuat hasil buruan, hasil pertanian, makanan, dan lain-lain.

-     Panah, tombak dan parang merupakan senjata yang biasanya digunakan untuk berperang antar suku dan juga merupakan perlengkapan berburu.


Upacara-upacara Adat

-      Upacara Pemotongan Jari Tangan, yang biasanya dilakukan pada saat ada salah seorang anggota keluarga meninggal dunia (Wamena).

-       Upacara Pernikahan, biasanya prosesi pernikahan/perkawinan antara satu suku dengan suku lainnya yang ada di Papua tidaklah sama.

-      Bakar Batu, seperti halnya upacara perkawinan nama/istilah dan prosesi dari upacara tersebut tiap suku berbeda satu dengan yang lainnya.

Filsafat Hidup Masyarakat Setempat :

"Barang siapa yang bekerja dengan jujur di alas Tanah ini .......

Mereka akan melihat tanda heran yang satu kepada tanda heran yang lain... "


back