Provinsi

NUSA TENGGARA TIMUR

Profil | Sejarah | Arti Logo | Nilai Budaya

Profil

Nama Resmi
:
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Ibukota
:
Kupang
Luas Wilayah
:
48.718,10 Km2 *)
Jumlah Penduduk
:
4.892.414 Jiwa *)
Suku Bangsa
:
Manggarai, Ngada, Nge Reo, Ende, Sikka, Larantuka, Solor, Alor, Rote, Sabu, Sumba, Lamaholot, Labala, Kedang.
Agama
:
Islam : 8,8%, Kristen : 90,9%, Budha : 0,034%, Hindu : 0,082%
Wilayah Administrasi
:
Kab.: 20,  Kota : 1,  Kec.: 293, Kel.: 313, Desa : 2.612  *)
Lagu Daerah
:
Moree
Website
:
*) Sumber : Permendagri Nomor 66 Tahun 2011

Sejarah

Nusa Tenggara Timur terdiri dari pulau-pulau yang memiliki penduduk yang beraneka ragam, dengan latar belakang yang berbeda-beda. Nusantara Tenggara Timur sebelumnya lazim disebut dengan “Flobamora�? (Flores, Sumba, Timor dan Alor). Sebelum kemerdekaan RI, Flobamora bersama Kepulauan Bali, Lombok dan Sumbawa disebut Kepulauan Sunda Kecil. Namun setelah Proklamasi kemerdekaan beralih nama menjadi “Kepulauan Nusa Tenggara�?. Sampai dengan tahun 1957 Kepulauan Nusa Tenggara merupakan daerah Swatantra Tingkat I (statusnya sama dengan Provinsi sekarang ini). Selanjutnya tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang Nomor 64 tahun 1958 Daerah Swatantra Tingkat I Nusa Tenggara dikembangkan menjadi 3 Provinsi yaitu Provinsi Bali, Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Dengan demikian Provinsi Nusa Tenggara Timur keberadaannya adalah sejak tahun 1958 sampai sekarang.

Arti Logo

Bintang, melambangkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Komodo, melambangkan kekayaan alam khas NTT. Padi dan Kapas, h melambangkan kemakmuran. Tombak, melambangkan keagungan dan kejayaan. Pohon Beringin, melambangkan persatuan dan kesatuan. Tahun 1958, melambangkan Kelahiran Provinsi NTT.

Nilai Budaya

Pakaian tradisionil Nusa Tenggara Timur : Pakaian tradisionil Nusa Tenggara Timur mengenal 2 (dua) jenis pakaian yaitu pakaian yang dikenakan kaum laki dan wanita. Pada masyarakat Lama Holot pakaian wanita disebut Kwatek dan pria disebut Howing. Pakaian wanita di Sumba, Sabu, Timor, Alor dan Manggarai, mengenakan mahkota dengan berbagai bentuk. Sedangkan kaum prianya mengenakan destar, selain itu pakaian adat Rote untuk kaum prianya memakai topi dengan bentuk Samrero yang disebut Tiilanga dan kaum wanitanya memakai hiasan kepala yang berbentuk sabit, kain tenun yang menyelempang di bahu, dan sebagai kelengkapannya dikenakan perhiasan subang, kalung, pending dan gelang tangan. Kesenian : Masyarakat Nusa Tenggara Timur memiliki berbagai bentuk kesenian antara lain yang menonjol : Tari Perang, tarian yang menunjukkan sifat-sifat perkotaan dan kepedulian mempermainkan senjata. Tari Garong Lameng, sebuah tarian yang dipertunjukan pada upacara Khitanan. Tari Cerana merupakan tarian upacara penyambutan tamu dengan membawa tempat sirih. Tari Higimitan, sebuah tari yang menggambarkan rasa kasih sayang antara dua ikatan pria dan wanita. Tari Kataga, merupakan tarian bagian dari upacara ritus, yaitu upacara penyambutan terhadap arwah nenek moyang. Senjata Tradisional : Ciri khas senjata tradisional masyarakat Nusa Tenggara Timur disebut Subdu atau Sudu, profilnya seperti keris sebagai senjata tikam yang dianggap keramat. Kepercayaan: Penduduk Nusa Tenggara Timur sebagian besar beragama Katholik dan selebihnya pemeluk agama Kristen, Islam, Hindu dan Budha. Meskipun demikian penduduk yang sudah memeluk agama, masih percaya kepada dewa-dewa. Dewa tersebut namanya berlainan di setiap daerah, misalnya di Tetum dikenal dengan nama Hot Esen atau Maromak, di Manggarai dengan nama Mori Kraeng, di Dawan dengan nama Uis Nemo, dan di Sikka dikenal dengan nama Niang Tana Lero Wulan. Di daerah Sabu dewa tertinggi sesuai dengan fungsinya dibagi menjadi tiga yaitu (1) Deo Wie yaitu Deo pengatur dan pemelihara segala yang diciptakan; (2) Deo Weru atau Pamugi yaitu Deo pencipta alam; (3) Deo menggarru yaitu Deo pengatur keturunan makhluk di dunia. Masyarakat daerah Nusa Tenggara Timur juga mengenal makhluk halus yang baik dan bersifat jahat. Makhluk halus yang baik tentu dari nenek moyang antara lain Embu Mamo di Ende, Naga Golo atau Peo di Manggarai sedangkan makhluk halus yang bersifat jelek yang merugikan orang seperti Fenggeree di Ende, Wango Madera Ai di Sabu dan sebagainya. Kepercayaan Dinamisme yang menganggap sesuatu benda mempunyai kekuatan gaib. Upacara Adat. Upacara adat yang masih dilestarikan masyarakat Nusa Tenggara Timur antara lain : Kelahiran Pada masa kehamilan di Tetum, merupakan upacara yang bertujuan agar si ibu tetap sehat dan tidak dianggap roh jahat disebut upacara Keti Kebas Metan (mengikat dengan tali benang kitan), peristiwa kelahiran, dukun beranak memegang peranan penting pada peristiwa tersebut ada dua upcara yang penting yaitu pengurusan ari-ari dan pemberian nama bayi. Masa Remaja Setelah anak menjelang dewasa biasanya diadakan serangkaian upacara yaitu cukuran rambut pada masa anak-anak dan sunat bagi laki dan potong gigi untuk wanita. Perkawinan Setelah ada pesuntingan kedua belah pihak, dilanjutkan melalui beberapa tahap, yaitu penukaran, pembayaran belis, dan upacara perkawinan. Pada waktu peminang petugas peminang yang disebut Wuna (Wunang) di Sumba, di Sabu disebut Mone Opo Li atas Mone dan di dawan. Belis (maskawin) Setelah pinangan diterima dilanjutkan dengan tahap kedua yaitu Belis (maskawin). Hal ini merupakan hal penting dari lembaga perkawinan, karena dianggap sebagai Na Buah Ma An Mone (suatu simbul untuk menyerahkan laki dan perempuan sebagai suami istri) macam Belis dapat berupa emas, perak, uang dan hewan. Di Alor belis biasanya berupa Moko (makanan kecil), di Flores Timur dan Maumere (Sikka) berupa Gading Gajah. Upacara perkawinan Setelah belis terbayar semua, lalu diadakan upacara perkawinan, yang di rate disebut Natu Du Sasaok (terang kampung) pada malam biasanya diadakan upacara Nasasu Kak, keduan tidur bersama diatas rumah yang dihiasi dengan selimut. Upacara Kematian Menurut kepercayaan mereka kematian adalah berpindahnya dari dunia ramai kekehidupan gaib. Untuk pesta kematian ini dikorbankan sajian berpuluh-puluh ekor sapi, kerbau dan babi Rangkaian upacara meliputi beberapa tahap : Adat meratap, yaitu menangis dimuka mayat yang dilakukan oleh wanita. Adat memakan mayat, yaitu memakan mayat selama beberapa hari sebelum dikubur. Merawat mayat, sebelum dikubur mayat dimandikan terlebih dahulu, kemudian diberi pakaian yang bagus atau pakaian kebesaran. Upacara waktu penguburan, tempatnya didekat rumah, untuk laki disebelah barat dan perempuan disebelah timur. Upacara setelah penguburan, malam harinya diadakan pesta besar-besaran dengan membunyikan bunyi-bunyian dan tari-tarian.
back